Hukum kekekalan energi
” Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, atau energi alam semesta adalah konstan.”
Secara matematis hubungan antara energi dalam, kalor dan kerja dapat dinyatakan sebagai berikut:
read more ..” Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, atau energi alam semesta adalah konstan.”
Secara matematis hubungan antara energi dalam, kalor dan kerja dapat dinyatakan sebagai berikut:
ΔU = q + W
Persamaan diatas menyatakan bahwa perubahan energi
dalam (ΔU) sama dengan jumlah kalor yang diserap (q) ditambah dengan jumlah
kerja yang diterima sistem (w). Jika Kalor (q) masuk sistem maka kalor bertanda
positif (+), sedangkan kalor yang keluar bertanda negatif (-). Kerja (w) yang
dilakukan sistem (ekspansi), maka bertanda negatif (-), dan yang dilakukan
lingkungan (kompresi) bertanda positif.
Contoh:
Suatu sistem menyerap kalor sebanyak 1000 kJ dan
melakukan kerja sebanyak 5 kJ. Berapakah perubahan energi dalam sistem ini?
Jawab:
Karena sistem menyerap kalor, maka q bertanda positif,
tetapi karena
sistem m elakukan kerja, maka w bertanda negatif.
ΔU= q + w
=100 kJ – 5 kJ
= 95 kJ
Eksoterm dan Endoterm
Reaksi kimia yang melepaskan atau mengeluarkan kalor
disebut reaksi eksoterm, sedangkan reaksi kimia yang menyerap kalor disebut
reaksi endoterm.
Q = m . c . ∆T
Qsampel = Qair + Qkalorimeter
Persamaan Termokimia
Persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan
entalpinya disebut persamaan termokimia. Nilai ΔH yang dituliskan pada
persamaan termokimia disesuaikan dengan stokiometri reaksi. Artinya jumlah mol
zat yang terlibat dalam reaksi sama dengan koefisien reaksinya.
Oleh karena entalpi reaksi juga bergantung pada wujud
zat harus dinyatakan, yaitu dengan membubuhkan indeks s untuk zat padat , l
untuk zat cair, dan g untuk zat gas. Perhatikan contoh berikut .
Contoh:
Pada pembentukan 1a mol air dari gas hidrogen dengan
gas oksigen dibebaskan 286 kJ. Kata “dibebaskan” menyatakan bahwa reaksi
tergolong eksoterm. Oleh karena itu ?H = -286 kJ Untuk setiap mol air yang
terbentuk. Persamaan termokimianya adalah:
H2 (g) + 1/2 O2 (g) ——> H2O (l) ΔH = -286 kJ
Atau
2 H2 (g) + O2 (g) ——> 2 H2O (l) ΔH = -572 kJ
(karena koefisien reaksi dikali dua, maka harga ΔH
juga harus dikali dua).
Entalpi Pembentukkan (∆Hfo)
Perubahan entalpi yang terjadi pada reaksi
pembentukkan 1 mol suatu senyawa dari unsur – unsurnya, semua zat dalam bentuk
stabil pada 25oC dan 1atm.
Entalpi Pembakaran (∆Hco)
Perubahan entalpi yang terjadi pada reaksi pembakaran
1 mol suatu zat dengan oksigen diukur pada keadaan standar. Pembakaran sempurna
menghasilkan CO2 dan H2O.
Entalpi Penguraian
Reaksi penguraian adalah kebalikan dari reaksi
pembentukan. Oleh karena itu, sesuai dengan azas kekekalan energi, nilai
entalpi penguraian sama dengan entalpi pembentukannya, tetapi tandanya
berlawanan.
Contoh:
Diketahui ΔHf 0 H2O (l) = -286 kJ mol -1, maka entalpi
penguraian H2O (l) menjadi gas hidrogen dan gas oksigen adalah + 286 kJ mol-1
H2O (l) ——> H2 (g) + ½ O2 (g) ΔH = + 286 kJ
Perubahan Entalpi Berdasarkan Entalpi Pembentukan
Kalor suatu reaksi dapat juga ditentukan dari data
entalpi pembentukan zat pereaksi dan produknya. Dalam hal ini, zat pereaksi
dianggap terlebih dahulu terurai menjadi unsur-unsurnya, kemudian unsur-unsur
itu bereaksi membentuk zat produk. Secara umum untuk reaksi:
m AB + n CD —–> p AD + q CB
ΔH0 = jumlah ΔH0 f (produk) - jumlah ΔH0 f (pereaksi)
Perubahan Entalpi Berdasarkan Hukum Hess
Banyak reaksi yang dapat berlangsung secara bertahap.
Misalnya pembakaran karbon atau grafit. Jika karbon dibakar dengan oksigen
berlebihan terbentuk karbon dioksida menurut persamaan reaksi:
C(s) + O2 (g) —–> CO2 (g) Δ H = – 394 kJ
Reaksi diatas dapat berlangsung melalui dua tahap.
Mula-mula karbon dibakar dengan oksigen yang terbatas sehingga membentuk karbon
monoksida. Selanjutnya, karbon monoksida itu dibakar lagi untuk membentuk
karbon dioksida. Persamaan termokimia untuk kedua reaksi tersebut adalah:
C(s) + ½ O2 (g) —–> CO (g) ΔH = – 111 kJ
CO (g) + ½ O2 (g) —–> CO2 (g) Δ H = – 283 kJ
Jika kedua tahap diatas dijumlahkan, maka diperoleh:
C(s) + ½ O2 (g) —–> CO (g) ΔH = – 111 kJ
CO (g) + ½ O2 (g) —–> CO2 (g) ΔH = – 283 kJ
————————————————————————- +
C(s) + O2 (g) —–> CO2 (g) ΔH = – 394 kJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar